Seorang gadis sedang menunggu bus di sebuah halte. Ia tidak tahu hendak kemana dan naik apa. Ia masih bingung. Banyak dari temannya sudah memiliki ancang-ancang akan naik bus apa. Sebenarnya ia ingin bahkan sangat ingin pergi naik bus yang sama dengan teman-temannya tapi apa mau dikata, perbekalan yang ada di ranselnya belum cukup untuk bisa menaiki bus itu. Ia tetap bertahan di halte itu, mengamati orang-orang yang sibuk bersiap diri sebelum bus yang mereka tunggu datang. Tiap kali ada bus yang datang, gadis itu berpikir "Apa gue naik bus ini aja ya?Iya deh naik ini aja" tapi sayangnya batinnya seakan berkata "Jangan naik yang ini deh takut tiketnya kemahalan" atau "Ga jadi deh takut kejauhan entar bekal gue ga cukup". Hal ini terjadi berulang-ulang-ulang dan ulang kali.
Suatu ketika ia sudah menetapkan hati. Ia akan naik bus A. Tidak peduli ada berapa lembar uang dalam dompetnya, tidak peduli ada berapa banyak bekal yang ia bawa, pokonya ia harus naik bus itu. Sayangnya ia terlambat. Bus itu berangkat sesaat setelah ia berniat menaikinya. Ia pun kembali duduk, di halte. Tidak berapa lama, ia mendapat pesan bahwa ada bus A lain akan segera datang. Gadis ini pun bersemangat. Ia bersiap.
Bus A yang ia tunggu pun datang. Ia melangkah menuju bus itu. Entah apa atau siapa yang membisikinya, tiba-tiba selangkah sebelum ia menaiki bus, ia berbalik arah, kembali duduk di halte. Kembali mengamati keriuhan orang-orang. Kembali menunggu bus yang lewat. Kembali berpikir tentang apa sebenarnya yang sedang ia tuju.
